Photobucket
Google
Hai Teman-Teman.. Ada Bisnis Menarik Nih. !! Kita Bisa Mendapatkan Rp.277 Juta Rupiah Dengan Modal 100% GRATIS Info Lengkapnya Kunjungi : http://www.komisiGRATIS.com/?id=mrjj

Sabtu, 29 Desember 2007

Tanda Baca

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
contoh: Saya suka makan nasi.
Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.


2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
contoh:
• Irwan S. Gatot
• George W. Bush
Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
• Dr. (Doktor)
• Ny. (Nyonya)
• S.E. (Sarjana Ekonomi)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
• dll. (dan lain-lain)
• dsb. (dan sebagainya)
• tgl. (tanggal)
Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak mempergunakan singkatan.
5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar.
contoh:
I. Penyiapan Ulangan Umum.
A. Peraturan.
B. Syarat.
Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh:
• 1.1
• 1.2
• 1.2.1
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
contoh:
• Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
• Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
contoh:
• Sekjen : (Sekretaris Jenderal)
• UUD : (Undang-Undang Dasar)
• SMA : (Sekolah Menengah Atas)
• WHO : (World Health Organization)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:
• Cu (Kuprum)
• 52 cm
• l (liter)
• Rp 350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
contoh:
• Latar Belakang Pembentukan
• Sistem Acara
11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
contoh:
• Jalan Kebayoran 32

• Jakarta, 3 Mei 1997

• Yth.Sdr.Ivan
Jalan Istana 30
Surabaya
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
contoh:
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
contoh:
• Oleh karena itu, kamu harus datang.
• Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:
• O, begitu.
• Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
contoh:
• Medan, 18 Juni 1984
• Medan, Indonesia.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang,S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
contoh:
• 33,5 m
• Rp 10,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
contoh:
• yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
• Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
contoh:
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
Sekretaris : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris : Irwan Gatot
Bendahara : Rinto Jiang
Wakil bendahara : Rex
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit.
5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
contoh:
....dia beli ba-
ru juga.
-Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
contoh:
.... masalah i-
tu akan diproses.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris.
contoh:
.... cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
contoh:
.........mengharga-
i pendapat.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
bandingkan:
• ber-evolusi dengan be-revolusi
• dua puluh lima-ribuan (20x5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1x25000).
• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
• PN dengan di-PN-kan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
contoh:
• se-Indonesia
• hadiah ke-2
• tahun 50-an
• ber-SMA
• KTP-nya nomor 11111
• bom-V2
• sinar-X.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
• di-charter
• pen-tackle-an
Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
-Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak.
contoh: Medan—Ibu kota Sumut—terletak di Sumatera
2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
contoh:
• 1919—1921
• Medan—Jakarta
• 10—13 Desember 1999
Tanda Kurung Siku ([...])
Digunakan untuk tambahan komentar yang bukan berasal dari penulis asli. Contoh:
• Katanya, "[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini".
Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga sebagai penegasan.
contoh: kata Ketua, "Kita akan segera berangkat besok."
Tanda Petik Tunggal ('...')
Tanda petik tunggal biasa digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya, seperti di bawah ini.
“Aku mendengar seseorang memanggil, ‘Nori, Nori’, dari hutan itu,” ujar Ramon.
Tanda petik tunggal juga digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau penjelasan kata. Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.
Tanda Ulang (...2)
Ditulis dengan menambahkan angka 2 (atau 2) di akhir kata yang seharusnya diulang, menandakan kata tersebut diulang dua kali. Tanda penyingkatan ini tidak resmi. Kata yang berulang harus ditulis penuh. Contoh:
• Buku-buku (bukan "buku2")
• Saudara-saudara (bukan "saudara2")
Tanda Garis Miring (/)
Biasa digunakan untuk menyatakan "atau", biasanya untuk dua kata yang bersinonim. Contoh:
• Membuat / melakukan. (dibaca: membuat atau melakukan)
Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda "/" tidak dibaca. Contoh:
• RT/RW
• AC/DC
Sebagai lambang matematika untuk pembagian (tanda bagi).
sumber: di sini

selengkapnya >>>

Kamis, 27 Desember 2007

Seputar UAN 2008

Kabar yang benar-benar mengejutkan telah diklarifikasi oleh Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP)


melalui validasi standar kompetensi lulusan (SKL) UN tahun 2007 yang telah dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya, 24 Oktober 2007. Dengan narasumber : Dr. Bambang Suryadi (BSNP) dan Dra. Rahma Julaiha, MA (Puspendik Depdiknas RI). Melalui kegiatan ini telah banyak aspirasi dan pandangan tentang mendadaknya pelaksanaan UN 2008 yang akan dilalui murid-murid SD.
Murid-murid Sekolah Dasar mulai tahun pelajaran ini (2007/2008) akan menjalani Ujian Nasional secara serentak dengan mata pelajaran yang bakal diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Perubahan mata pelajaran Ujian Nasional juga terjadi pada jenjang SMA/MA, jika sebelumnya hanya tiga mata pelajaran, maka tahun pelajaran ini bertambah menjadi 6 matpel. Sementara untuk SMK/ SMALB tidak mengalami perubahan.
Pada tingkat SMP, dari tiga mata pelajaran ditambah menjadi 4 matpel, yakni Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pada rencana teknis pelaksanaan UN nantinya, setiap satu hari ujian siswa akan menghadapi dua mata pelajaran yang diujikan, hanya siswa SMP yang mendapat penambahan hari ujian menjadi empat hari yaitu satu hari untuk satu mata pelajaran yang diujikan.
Waktu Pelaksanaan UN 2008 dan Matpel setiap Jenjang
SD 13-15 Mei 2008 Bahasa Indonesia, Matematika, IPA
SMP/MTs/SMPLB 5-8 Mei 2008 Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA
SMA/MA 22-24 April 2008 Jurusan IPA : Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Jurusan IPS : Bahasa Indonesia, Ekonomi, Bahasa Inggris, Geografi, Sosiologi, Jurusan Bahasa : Bahasa Indonesia, Bahasa Asing lainnya, Bahasa Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, MA : ditambah dengan Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Tasawuf/ Ilmu Kalam
SMK dan SMALB 22-24 April 2008 Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris
SD 20-22 Mei
SMP/MTs/SMPLB 12-15 Mei 2008
SMA/SMK/SMALB 28-30 April 2008

Kriteria penilaian :
Menurut Dr. Bambang, standar nilai kelulusan untuk setiap jenjang mulai SMA, MA, SMK, SMP hingga SD semua sama, yaitu rata-rata minimal 5,25 dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 (ini kriteria pertama). Khusus untuk siswa SMK nilai mata pelajaran kompetensi keahlian minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN SMK tersebut.
Apabila kriteria di atas tidak tercapai, maka ada kriteria kedua yang mensyaratkan : boleh terdapat nilai 4,00 hanya pada satu mata pelajaran yang di-UN-kan, dan lima mata pelajaran lainnya harus mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,00 dan mencapai nilai rata-rata minimal 5,25.
Penambahan mata pelajaran yang diujikan pada tahun 2007/2008 ini karena selama ini BSNP mendapatkan masukan, bahwa ada ketidakseimbangan tingkat keseriusan antara mata pelajaran yang di-UN-kan dengan yang tidak di-UN-kan. Maka perlu adanya keseimbangan dengan penambahan matpel tersebut, sehingga diharapkan siswa juga menyeriusi mata pelajaran yang tadinya dipandang sebelah mata.
Apakah hal ini malah menambah beban pelajar dan membuat angka kelulusan menurun?
Jawabnya diplomatis, “Jika proses belajarnya baik dan siswa serius, maka tidak menjadi beban. Apalagi mata pelajaran tambahan ini tahun lalu diujikan juga dalam ujian sekolah. Yang menjadi beban, bila proses belajar mengajarnya tidak baik, prasarana kurang serta minat dan motivasi siswa unruk belajar kurang, meski mata pelajaran yang di-UN-kan sedikit tetap saja menjadi beban”.
Pelaksanaan UN tahun 2008 yang semula dianggarkan 500 M ternyata dipangkas oleh DPR menjadi 96 M, sehingga perlu dukungan pemerintah daerah untuk melaksanakan UN ini. Maka Pemda dituntut untuk berada di barisan depan dalam penyelenggaran UN di wilayahnya masing-masing karena sudah dimasukkan dalam pos APBD, untuk biaya pelaksanaan UN ini. Selain itu daerah juga memiliki kewenangan dalam menentukan kelulusan siswa, tidak hanya pusat. Sebab pihak terkait di daerah lebih mengetahui keadaan dan kemampuan siswa serta bahan yang harus diujikan kepada siswa tersebut. Karena Pemda juga mengeluarkan dana dalam menyelenggarakan UN 2007/2008 ini, otomatis ada keseriusan pemerintah daerah untuk mempersiapkan UN 2008 jauh lebih baik dari sebelumnya.
Pelaksanaan validasi SKL ini juga dilakukan di wilayah lain, yaitu di Padang untuk wilayah Sumatera dan salah satu daerah di Indonesia bagian timur selain di Palangka Raya untuk wilayah Kalimantan. Validasi SKL ini merupakan indikator atau ukuran materi soal yang akan digunakan dalam menyusun soal-soal UN.


selengkapnya >>>

Kumpulan Puisi

kumpulan puisi yang saya dapat di sini


DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Oleh :
W.S. Rendra


Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
***




AKU TULIS PAMPLET INI
Oleh :
W.S. Rendra
Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !
Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
***

GERILYA
Oleh :
W.S. Rendra

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya


GUGUR
Oleh :
W.S. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
" Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :
"Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya


LAGU SEORANG GERILYA
(Untuk puteraku Isaias Sadewa)
Oleh :
W.S. Rendra

Engkau melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata

Jakarta, 2 september 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi


ANAKKU MENULIS MERDEKA ATAU MATI
Oleh :
Wahyu Prasetya

Dengan cat semprot anakku menulis di dinding-dinding rumah
kalimat yang ia pilih dari buku tulis sejarah sekolah dasarnya
warna merah yang melukiskan masa lampau pekikan
ada luka parah, ada khianat, ada timbunan tentara, petani...
peperangan akan selalu direncanakan dari pikiran sebuah rumah
maka ia mengecatnya,
"merdeka atau mati"
lalu teman-temannya pun menambahkan beberapa kata-kata,
"viva iwan fals!"
dari sebuah dinding rumah, sejuta senjata dan calon korban dicatat
bahkan ada pula yang berani menyemprotnya dengan cat merah, jari-jari
anak-anakku
apakah beda kemerdekaan ini dengan ketulusan tentang mati
apalah arti letusan di benua dengan 350 tahun yang menggilas kita
Indonesia adalah sebuah peta yang pernah diperdaya oleh ranjau intrik,
bom dan kasak kusuk,
"merdeka atau mati"
Lalu aku pun menyisipkan kata-kata juga
"hidup ibu hidup bapak hidup dada hidup dedy"
malampun menyisakan bauan tinner dan huruf melotot
biarlah
Kemerdekaan yang kami syukuri dalam rumah sederhana ini
hanya huruf, kalimat dan bahasa cat semprot
dan jari jari anak anakku yang mengutip ingatan buku tulis sejarahnya
esok ia akan membacanya keras-keras, hallo indonesia?
hallo Kemerdekaan siapa?
malang, 1.5.1995

MENATAP BENDERA DALAM GERIMIS
Oleh :
Wahyu Prasetya

kelembutan waktu yang melahirkan seribu musim dan sejarah
dalam masa lalu yang dicucuri airmata dari segala orang.
saat teror, darah yang mudah dilupakan, bahkan kematian,
lalu tiba kami memndang pembangunan gedung, hotel, golf...
sejarah ternyata tak cengeng,
walau dikelilingi nasib sial dan pegkhianatan
kami menatap langit luas dengan lambaian bendera,
bersama gerimis
yang dijelmakan oleh celoteh 180 juta anak anak
tempatku ngomong kadang di tengah malam yuang ngantuk
tanpa kalimat panjang apalagi bahasa yang benar.
orang orang merdeka,
menelponku lewat telpon genggam dan faximile:
surat kabar dicetak dengan huruf huruf: laba
maka seratus gedung sekolah dasar di pelosok IDT
roboh
diruntuhkan oleh kenyataan dan tipudaya kebenaran siapa
menatap bendera dalam gerimis kedua mata anak istri
dan orang orang yang hidup sebagai diriku.
sebagai korek api yang seakan akan diyakini
segera menjelma kebakaran di kampung halaman Jakarta
merdeka!
aku ternakar dalam ketakpahaman pikiran sendiri
ada yang sia sia harus dituliskan oleh sebatang besi!
1995

OPERA MALAM MUSIM KEMARAU
Oleh :
Yono Wardito
1
ilalang sunyi,
merahasiakan cinta sepasang burung layang-layang

begitu lembut,
senja yang dicipta untuk nya
angin diam,
bisu,
atau kagum kah dia ?

pada panorama, kasih Illahi,
begitu abadi,
begitu abadi .....

2

kau koyak mimpi yang hadir menutupi mata
angin, begitu pekat nya memeluki dingin, kesunyian

hingga berdarah, kau koyak lagi
mimpi, jua kah kau ?

begitu tanya,
biar ?

mengawang ......

3
kawan,
lekang bedeng yang kupijak
begitu juga hutan ku
seperti air, tak berpihak padaku
bila malam,
bintang gemintang tertutup kabut
tangisan, dan serpihan kulit, sedikit daging,abu dedaunan
bertaburan,keangkasa,bersujud pada Nya

pada Illahi.
K A K I
Oleh :
Yono Wardito
kaki, dikepala menginjak kutu
kaki, dikaki langit
kaki, didalam air menakuti ikan
kaki, dikaki tebing
kaki, didada menendang-tendang
kaki, dikaki sembunyi
kaki, dimata membenam nurani
kaki, dikaki mencari
kaki, dikaki dihimpit
kaki, dikaki berlari
kaki, mu dan aku
kaki, kita dan mereka
kaki siapa lagi ?

Dia ?
-- dimana Tuhan !
kaki, dikaki lelaki
kaki, dihati lelaki
menjelma hati melukis kaki :
-- mencari Tuhan

TEMBANG SEMUSIM DI PADANG LALANG
(Bagi Mas Karyo, petani tangguh di Dukuh Semplak)
Oleh :
Widjati
Ketika senja turun ingin berkisah
Tanah ini serasa temaram digenggam sepi
Ketika kulihat hanya sejengkal tanah basah
Dan nisan-nisan tua dimakan rayap.

Dulu kisah riwayatmu pernah kusadap
Tanah yang gembur tersembul lewat rawa-rawa
Yang penuh jelatang gigitan lintah darat
Di sepetak sawahmu yang kering kerontang.

Seorang petani tua di tengah-tengah ladang
Kuat dan tangkas mengayunkan cangkulnya
Demikian tangkas dilipatnya tanah berbungkal-bungkal
Adalah kisahnya yang paling menawan.

Secupak tanah bersandar, mimpinya padang basah
Sekepal hanya sekepal, kau dendangkan.

Nikmatnya bermandikan cahaya langit
Dingin angin kemarau kering membersit
Kepadamu sawah-ladang kau pertaruhkan
Dan di atas mentari menatap sorotnya tajam.

Duhai langit dari segala cuaca
Mentari yang gosong mengusik kantukmu
Dan kemarau menampar harapanmu, Mas Karyo
Bukankah engkau adalah petani tangguh
Yang pandai berkisah tentang langit
Dan musim di segala cuaca.

Sebuah prosa kehidupan yang mengharukan
Satu dari seribu satu kisah duka nestapa
Telah kaugadaikan nasibmu pada selembar kertas usang
Dan dalam letih terasa tubuhmu kian terbelah.

Mas Karyo, kita telah sama berangkat dari takdir yang sama
Namun dalam makna lain dan nasib yang berbeda
Demikian hidup serasa tak bertuan datang dan pergi
Telah kauhayati sepanjang hidup sepanjang tahun.

Kini, anak-cucumu telah berangkat dari kesaksian lain
Pada makna lain, segalanya dan semuanya
Luluh-lantak dilanda prahara erosinya zaman.

Selamat jalan Mas Karyo, semoga tenang arwahmu
Di alam yang damai dan langgeng.
"Sic Transit Gloria Mundi"
Di dunia ternyata tiada yang kekal tiada yang abadi!

Kemantran-Tegal, September 1999


DI ANTARA BAYANG-BAYANG

Oleh :
Widjati

Beribu sajakmu kembali membakar menghanguskan ragaku
Menjelma serpihan topan lumpur dan batu-batu
Duniamu yang belum mau sudah katamu sambil
Melukis huru-hara riuhnya pemberontakan.

Adakah yang lebih sesat di antara dentuman meriam
Barangkali bayanganmu menyimpan seribu satu letusan
Seperti lukisanmu yang mempermainkan sejuta bayang
Bersama tariannya yang menari-nari di hutan belantara.

Astaga, wajahmu wajahku berserakan di sepanjang trotoar
Beribu pasang mata kehilangan kaki-kakinya yang patah
Udara kian menyesak memasuki rongga kehidupan
Mentari kian gosong membakar tubuhmu dan tubuhku.

Wah, segala hitam segala yang legam segala yang
Tubuhmu lumer seperti lilin yang kehabisan lemak
Jangan bimbang saudara karena kita adalah aktor piawai
Yang pandai bersandiwara `nyanyikan lagu sakitnya zaman`.

Di tengah gemuruhnya suara-suara dari seberang lautan
Masihkah suara gitarmu bergema di sela tangisnya anak-anak jalanan
Beribu mereka entah siapa entah engkau entah aku kutak tahu
Catatan hanya mengenalnya nomor-nomor mereka yang hilang.

Inikah akhir yang kaulukis rindunya sebuah sajak
Sementara awan di atas memancarkan wajahnya yang muram
Mari, habiskan mimpimu dan mimpiku sampai akhir hayat
Sebelum senja menganga di balik liang kasihmu dan kasihku.

Kemantran-Tegal, 25 Oktober 1998


GADIS PEMINTA-MINTA

Oleh :
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda


IBU KOTA SENJA
Oleh :
Toto Sudarto Bachtiar

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi
Di sungai kesayangan, o, kota kekasih
Klakson oto dan lonceng trem saing-menyaingi
Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokan
Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja
Mengarungi dan layung-layung membara di langit barat daya
0, kota kekasih
Tekankan aku pada pusat hatimu
Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu
Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia
Sumber-sumber yang murni terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Menunggu waktu mengangkut maut
Aku tiada tahu apa-apa, di luar yang sederhana
Nyanyian-nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan
Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari
Serta keabadian mimpi-mimpi manusia
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli yang kembali
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan

Serta anak-anak berenangan tertawa tak berdosa
Di bawah bayangan samar istana kejang
Layung-layung senja melambung hilang
Dalam hitam malam menjulur tergesa
Sumber-sumber murni menetap terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas
0, kota kekasih setelah senja
Kota kediamanku, kota kerinduanku


PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda
(1955)

ODE I
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

katanya, kalau sekarang aku harus berangkat
kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat
aku besok bisa mati, kemudian diam-diam
aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam
malam begini beku, dimanakah tempat terindah
buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah
O, tanah
tanahku yang baru terjaga
malam begini sepi dimanakah tempat yang terbaik
buat peluru pistol di balik baju cabik
0, tanah di mana mesra terpendm rindu
kemerdekaan yang mengembara kemana saja
ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya
engkau pada pilar derita, megah napasku di gang tua
menuju kubu musuh di kota sana
aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak
mungkin pacarku kan berpaling
dari wajahku yang terpaku pada dinding
tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga
di tengah malam yang begini beku
teringat betapa pernyataan sangat tebalnya
coretan-coretan merah pada tembok tua
betapa lemahnya jari untuk memetik bedil
membesarkan hatimu yang baru terjaga
Kalau serang aku harus ergi, aku hanya tahu
kawan-kawanku akan terus maju
tak berpaling dari kenangan pada dinding
O, tanah dimana tempat yang terbaik buat hati dan hidupku


ODE II
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat
dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat
berhenti menangis, air mata kali ini hanya buat si tua renta
atau menangis sedikit saja
buat sumpah yangtergores pada dinding-dinding
yang sudah jadi kuning dan jiwa-jiwa yang sudah mati
atau buat apa saja yang dicintai dan gagal
atau buat apa saja
yang sampai kepadamu waktu kau tak merenung
dan menampak jalan yang masih panjang
dengar, hari ini ialah hari hatiku yangmemanggil
mata-mata yang berat mengandung suasana
membersit tanya pada omong-omong orang lalu
mengenangkan segenap janji yang dengan diri kita menyatu
dengarlah, o, tanah di mana segala cinta merekamkan dirinya
tempat terbaik buat dia
ialah hatimu yang kian merah memagutnya
kala hdia terbaring di makam senyap pangkuanmu *
*kenangan buat matinya seorang pejuang


12 MEI 1998
Oleh :
Taufik Ismail

Empat syuhada berangkat pada suatu
malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami
lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu sedan

Mereka anak muda pengembara tiada
sendiri, mengukir reformasi
karena jemu deformasi, dengarkan saban
hari langkah sahabat-
sahabatmu beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom
abad duapuluh satu

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi
kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena
kalian berani mengukir
alfabet pertama dari kata reformasi-damai
dengan darah
arteri sendiri,

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk
di bawah garang
matahari tak mampu mengibarkan diri
karena angin lama
bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan
dalam doa bersama, dan kalian
pahlawan bersih dari dendam, karena jalan
masih jauh
dan kita perlukan peta dari Tuhan
***


1946 : LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Oleh :
Taufiq Ismail



Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
(1963)


BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN
Oleh :
Taufiq Ismail

Pada tahun keenam
Setelah di kota kami didirikan
Sebuah Musium Perjuangan
Datanglah seorang lelaki setengah baya
Berkunjung dari luar kota
Pada sore bulan November berhujan
dan menulis kesannya di buku tamu
Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan
Bertahun-tahun aku rindu
Untuk berkunjung kemari
Dari tempatku jauh sekali
Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan
Di daerah ini
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan
Dan potret-potret para pahlawan
Mengusap-usap karaben tua
Baby mortir buatan sendiri
Atau menghitung-hitung satyalencana
Dan selalu mempercakapkannya
Alangkah sukarnya bagiku
Dari tempatku kini, yang begitu jauh
Untuk datang seperti saat ini
Dengan jasad berbasah-basah
Dalam gerimis bulan November
Datang sore ini, menghayati musium yang lengang
Sendiri
Menghidupkan diriku kembali
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian
Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan
Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan
Begitulah aku berjalan pelan-pelan
Dalam musium ini yang lengang
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga
Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur
berbendera
Maket pertempuran
Dan penyergapan di jalan
Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam
Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt
PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu
Gambar lasykar yang kurus-kurus
Dan kuberi tabik khidmat dan diam
Pada gambar Pak Dirman
Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali
Ke ruangan yang sepi dan dalam
Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran
Di pucuk-pucuk cemara halaman
Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan
Deru konvoi menjalari lembah
Regu di bukit atas, menahan nafas
Di depan tugu dalam musium ini
Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah
Aku berdiri dan menatap nama-nama
Dipahat di sana dalam keping-keping alumina
Mereka yang telah tewas
Dalam perang kemerdekaan
Dan setinggi pundak jendela
Kubaca namaku disana.....
GUGUR DALAM PENCEGATAN
TAHUN EMPATPULUH-DELAPAN
Demikian cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja dril lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke musium perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu
Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum ke pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang


JAWABAN DARI POS TERDEPAN
Oleh :
Taufiq Ismail

Kami telah menerima surat saudara
Dan sangat paham akan isinya
Tetapi tentang pasal penyerahan
Itu adalah suatu penghinaan

Konvoi sejam lamanya menderu
Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal
Angin meniup dalam panas dan abu
Abu baja. Nyala yang menggeletar-geletar
Sepanjang suara

Kami yang bertahan
Beberapa ratus meter jauhnya
Bukanlah serdadu-serdadu bayaran
Atau terpaksa berperang karena pemerintahan

Kebebasan manusia di atas buminya
Adalah penyebab hadir pasukan ini
Dan pasukan-pasukan lainnya
Impian akan harga kemerdekaan manusia
mengumpulkan seorang tukang cukur, penanam-penanam sayur
gembala-gembala, (semua buta huruf) kecuali dua anak SMT
sopir taksi dan seorang mahasiswa kedokteran
dalam pasukan
di pos terdepan ini
Terik dan lengang dipandang tak bertuan
Abu naik perlahan dari bumi
Bumi yang telah diungsikan
Guruh dari jauh, konvoi menderu
Suara panser dan tank-tank kecil
Mengacukan senjata-senjata baru
Kami tidak punya batalion paratroop
Cadangan sulfa, apalagi mustang dan lapis-baja
Kami hanya memiliki karaben-karaben tua
Bahkan bambu pedesaan, ujungnya diruncingkan
Pasukan ini tak bicara dalam bahasa akademi militer
Tidak juga memiliki pengalaman perang dunia
Tetapi untuk kecintaan akan kebebasan manusia
Di atas buminya
Pasukan ini sudah menetapkan harganya
Sebentar lagi malampun akan turun
membawa kesepian ajal dalam gurun

Tidakkah engkau bisa menempatkan diri
sebentar, di tempat kami
Memikirkan bahwa ibumu tua diungsikan
tersaruk-saruk berjalan kaki
Setelah rumah-rumah di kampungmu dibakari
setelah adik kandungmu ditembak mati
Adakah demi lain, yang mengatasi
demi kemanusiaan ?
Adakah ?
Di seberang sini berjaga pengawalan
Tanpa gardu dan kemah, berbaju lusuh dalam semak
Dialah yang terdepan dengan sepucuk Lee & Field
Dialah huruf pertama dari Republik


KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKU
Oleh :
Taufik Ismail

Saudara-kandungku pulang perang, tangannya merah
Kedua pundak landai tiada tulang selangka
Dia tegak goyah, pandangnya pada kami satu-satu
Aku tahu kau kembali jua anakku
Tiba-tiba dia roboh di halaman dia kami papah
Ibu pun perlahanmengusapi dahinya tegar
Tanganku amis ibu, tanganku berdarah
Aku tahu kau kembali jua anakku
Siang itu dia tergolek ibu, lekah perutnya
Aku tak membidiknya, tapi tanganku bersimbah
Tunduk terbungkuk matanya sangat papa
Kami sama rebah, kupeluk dia di tanah
Kauketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Kutahu kau kembali jua anakku


PRESIDEN BOLEH PERGI
PRESIDEN BOLEH DATANG
Oleh :
Taufiq Ismail

Sebuah orde tenggelam
Sebuah orde timbul
selalu saja ada suatu lapisan
masyarakat di atas gelombang itu selamat
Mereka tidak mengalami guncangan yang berat
Yang selalu terapung di atas gelombang
Seseorang dianggap tidak bersalah
sampai dia dibuktikan hukum bersalah
Di negeri kami ungkapan ini begitu indah
Kini simaklah sebuah kisah
Seorang pegawai tinggi
gajunya satu setengah juta rupiah
Di garasinya ada volvo hitam
BMW abu-abu, Honda metalik,
dan Mercedes merah
Anaknya sekolah di Leiden,
Montpellier dan Savana
Rumahnya bertebaran di Menteng,
Kebayoran dan macam-macam indah
Setiap semester ganjil isteri terangnya
belanja di Hongkong dan Singapura
Setiap semester genap isteri gelapnya
liburan di Eropa dan Afrika
Anak-anaknya....................
Anak-anaknya pegang dua pabrik
tiga apotek dan empat biro jasa
Selain sepupu dan kemenakannya
buka lima toko onderdil, lima biro iklan
dan empat pusat belanja
Ketika rupiah anjlok terperosaok,
kepeleset macet dan hancur jadi bubur,
dia, hah ! dia ketawa terbahak-bahak
kerena depositonya dollar Amerika semua
Sesudah matahari dua kali tenggelam
di langit Barat, jumlah rupiahnya
melesat sepuluh kali lipat
Krisis makin menjadi-jadi
Dimana-mana orang antri
Maka 100 kotak kantong plastik hitam
dia bagi-bagi
Isinya masing-masing : Lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng, dan tiga bungkus
mie cepat jadi.
Peristiwa murah ini diliput
dua menit di kotak televisi
dan masuk koran halaman lima pagi sekali
Gelombang mau datang,
Datang lagi gelombang setiap bah air pasang
Dia senantiasa terapung di atas banjir bandang
Banyak orang tenggelam toh mampu timbul lagi
lalu ia berkata sambil berdiri :
Yaaa..... masing-masing kita kan
punya rejeki sendiri-sendiri
Seperti bandul jam bergoyang-goyang
Kekayaan misterius mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......harus diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa


TENTANG SERSAN NURCHOLIS
Oleh :
Taufiq Ismail

Seorang Sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu

Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel arloji

Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi

Dengan senyum ditolaknya
Kartu anggota
Bekas pejuang

Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di jaman Revolusi

Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel aroloji

TENTANG SERSAN NURCHOLIS
Oleh :
Taufiq Ismail

Seorang Sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu

Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel arloji

Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi

Dengan senyum ditolaknya
Kartu anggota
Bekas pejuang

Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di jaman Revolusi

Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel aroloji


OPERA PENGUBURAN
Oleh :
Soni Farid Maulana

Di liang lahat saat menerima jasadmu
Serasa tubuh dan nyawa sendiri yang dikuburkan
Di pemakaman ini.
Likat tanah juga putih kain kafan
Menjulangkan tanya; Apa kuasa manusia atas kehendakNya?
Bulu kudukku berdiri saat mata batinku menangkap
Bayang-bayang orang yang bertasbih dan berdzikir
Mengantar jasadku ke liang lahat ini ke likat tanah ini
Kubaringkan jasadmu perlahan
Adzan dan qomat silih berganti menyelusup
Ke dalam pendengaranku. Setelah itu hanya keheningan
Semata keheningan di batinku saat liang lahat ditutup
Saat bunga ditaburkan dan kelak membusuk
Dikulum ulat, cuaca, dan hujan. Saat kakiku melangkah
Meninggalkan gundukan tanah merah
Yang kekal di situ hanya setangkai doa yang kupetik
Dari taman kalbuku dan aku hadiahkan untukmu
Kau tahu, kenangan kerap menjaringku
Bagai sehampar langit kelabu
''Anakku, duka semacam inikah
Yang kelak kau tanggung? Tak kutahu
Duka bertakhta sekelam itu.''
1996

BIOGRAFI KEGELAPAN
Oleh :
Soni Farid Maulana

Digoda bayangan kelam yang melayang Bagai gagak hitam -- ia kerat jaringan urat nadi Pada lengannya sendiri bagai mengerat seutas Tali jemuran hijau lumut. Tapi ruh bayi yang ia aborsi Dari rahim ibunya, secara gaib dari langit yang lain Menyelundupkan bergalon-galon darah segar Pada jantung dan jaringan urat nadi yang ia kerat Sore tadi di kamar mandi tanpa sabun cuci.
Di kamar gawat darurat di atas kasur Yang serba putih -- ia heran pada dirinya sendiri Masih bisa menghirup udara segar Seperti menghirup wangi parfum yang ngalir Dari tubuh seorang perawat berparas cantik Dengan sepasang payudara yang ligar cempaka.
Ketika mimpi buruk kembali menyelinap Ke dalam benaknya -- ketika tangis bayi yang ia Aborsi sepanjang bulan dan tahun macan Terdengar dari balik hari; ia gemetar, takut, Dan sedih, bahkan gugup di tepi ranjang.
Ia ingin mati saat mendengar derit pintu rumah sakit Dibuka seorang petugas. Bunyinya mengingatkan Suara pintu sel penjara yang berkarat Airmata. Di situ hanya angin yang bangkit Dari arah kuburan -- menyalami jiwanya yang dalam Dengan rasa sunyi dan sepi yang berat dan hitam Bagai sebongkah batu dasar kali. Ya, Hanya angin yang bangkit. Tak ada ibu bayi Yang ia aborsi menemaninya di situ Selain detik jam yang lambat Dan pasti menuntut keadilan Pada kedua matanya.

1997

PEDATI TUA
Oleh :
Slamet Sukirnanto

Pedati tua
Jalanmu terseok
Beban berat dan sarat
Meskipun engkau yakin
Jalanmu ke depan.
Tetapi engkau tanpa tahu tujuan
Tiada henti.
Berjalan dan berjalan
Pedati Tua
Membawa beban sejarah
Melangkah tanpa impian
Sia-sia

Pedati tua
Kadang berhenti juga
Tetapi karena tersandung
Bukan merenung ke arah mana
Langkah harus diayun

Pedati tua
Menghela nafas
Tanpa kompas
Di langit mendung
Dan mendung
Menggantung di angkasa
Pedati tua
Beban itu
Bergumpal
Menggunung
Roda-roda berderak
naik turun
Dan engkau merangkak
Tanpa jejak
Dari tahun ke tahun



PENANTANG MONAS
Oleh :
Slamet Sukirnanto
susur nenek-nenek terjatuh
masuk kali
gagasan bagus
mengembangkan teknologi
tetapi di desaku
beterei adalah puncak kemajuan
zaman ini
di atas kepala
mengembara
penganggur-penganggur
Tuban banjir
Gresik banjir
Tetapi kenapa
Kang Atmo gembira
Main gitar di jagalan Solo
Ngadiman
Arek Wonogiri uro-uro di teras rumah
lagu Bengawan Solo
mendapat tepukan di Jepang
siapa ikut melongok etalase
Bonekamu montok-montok
menawarkan. Di tengah lapangan bola
Clinton jatuh hidup clinton.
Koran pagi. Koran siang. Koran Sore
Malam ngomel sendiri
Di atas meja meja kursi kursi
di atas lantai, tong sampah
lumayan bungkus nasi;
melipat barang import
Kikers atau Adidas
merk bule kuli pribumi
Dan ingat yang paling perawan
menantang monas!
sanjunglah
cacing cacing
Bocah bocah Sarajevo menang
Mengintip lubang meriam malam hari
Mencari di dapur tersedia
granat dan sedikit makanan
sisa kemarin. Aduh panasnya
siang. Jasad menggelepar di
tengah lapangan
uro-uro : tembang, nyanyi cara Jawa dalam suasan santai
Bengawan Solo : lagu keroncong ciptaan Gesang


LAGU TANAH AIRKU
Buat Walt Whitman
Oleh :
Piek Ardijanto Soeprijadi

sudahkah kau dengar lagu berjuta nada
lagu tanah airku yang menggema di seluruh dunia
dengarkanlah merdu suaranya
dengarkanlah indah iramanya

masinis melagu bersama gemuruh mesin
tukang kayu berdendang ditingkah gergaji makan papan
tukang batu menyanyi bersama semen memeluk bata
nakhoda senandung menyanjung ombak menelan haluan
tukang sepatu berlagu mengiring palu menghantam paku
penebang pohon berdendangbersama gema kapak dalam hutan
petani nembang di atas bajak berjemur di lumpur
betapa merdu lagu tanah airku
meletus nyanyi di pagi hari
menegang di rembang siang
melenyap di senja senyap
bila malam mengembang ibu nembang
tidurlah berlepas lelah anakku sayang
lampu bumi bawa mimpi damai dunia
esok masih ada kerja untuk nusa dan bangsa


ODE PRAJURIT TANPA NAMA

Oleh :
Ahmadun Yosi Herfanda

bendera-bendera berkibar di udara
burung-burung bernyanyi di dahan-dahannya
dan orang-orang berteriak ''telah bebas negeri kita"
tapi aku tertatih sendiri
di bawah patung kemerdekaan yang letih
dan tersuruk di bawah mimpi reformasi
kau pasti tak mengenaliku lagi
seperti dulu, ketika tubuhku terkapar penuh luka
di sudut stasiun jatinegara, setelah sebutir peluru
menghajarku dalam penyerbuan itu
dan negeri yang kacau mengubur riwayatku
dalam sejarah berdebu
setengah abad lewat kita melangkah
di tanah merdeka, sejak soekarno-hatta
mengumumkan kebebasan negeri kita
lantas kau dirikan partai-partai
juga kursi-kursi di atasnya
tapi kau kini menjelma konglomerat berdasi
penguasa yang merampas kemerdekaan
rakyat sendiri
gedung-gedung berjulangan
hotel-hotel berbintang, toko-toko swalayan
jalan-jalan layang, mengembang bersama
korupsi, kolusi, monopoli, manipulasi,
yang membengkakkan perutmu sendiri
sedang aku tetap prajurit tanpa nama
tanpa tanda jasa, tanpa seragam veteran
tanpa kursi jabatan, tanpa gaji bulanan
tanpa tanah peternakan, tanpa rekening siluman
tanpa istri simpanan
bendera-bendera kini berkibaran lagi
dan sambil bernyanyi ''padamu negeri''
kau bagi-bagi uang hasil korupsi
sedang aku tertatih sendiri
letih dibakar matahari
jakarta, agustus 1996


INDONESIA AKU TETAP MENCINTAIMU
Oleh :
Ahmadun Yosi Herfanda

Indonesia aku tetap mencintaimu
sungguh, cintaku tulus dan murni padamu
ingin selalu kukecup keningmu
seperti kukecup kening istriku

Burung-burung masih bernyanyi menghiburmu
pesawat-pesawat menderu membelah langitmu
tapi sungguh hatiku amat pilu
ketika kudengar lagi tangismu
tangis dua ratus juta rakyat yang ikut
tergencet beban utang negara
tangis berjuta jiwa yang berpuluh tahun
dibungkam mulutnya, tangis berjuta mata
yang terus melihat tapi dipaksa
untuk tidak mengatakannnya, tangis
berjuta telinga yang terus mendengar
omong-omong kosong pejabat-pejabat negara

sungguh aku tetap mencintaimu, Indonesia
ingin selalu kucium jemari tanganmu
seperti kucium jemari tangan ibuku
sungguh, cintaku tulus dan murni kepadamu
dan , karena itulah, ketika orang-orang
ramai-ramai membeli dollar Amerika
tetap kubiarkan tabunganku dalam rupiah
sebab sudah tak tersisa lagi saldonya


RESONANSI INDONESIA
Oleh :
Ahmadun Yosi Herfanda

bahagia saat kau kirim rindu
termanis dari lembut hatimu
jarak yang memisahkan kita
laut yang mengasuh hidup nakhoda
pulau-pulau yang menumbuhkan kita
permata zamrud di katulistiwa
: kau dan aku
berjuta tubuh satu jiwa
kau semaikan benih-benih kasih
tertanam dari manis cintamu
tumbuh subur di ladang tropika
pohon pun berbuah apel dan semangka
kita petik bersama bagi rasa bersaudara
: kau dan aku
berjuta kata satu jiwa
kau dan aku
siapakah kau dan aku?
jawa, cina, aceh, batak, arab, dayak
sunda, madura, ambon, atau papua?
ah, tanya itu tak penting lagi bagi kita
: kau dan aku
berjuta wajah satu jiwa
ya, apalah artinya tembok pemisah kita
apalah artinya rahim ibu yang berbeda?
jiwaku dan jiwamu, jiwa kita
tulus menyatu dalam asuhan
burung garuda


SAJAK MABUK REFORMASI

Oleh :
Ahmadun Yosi Herfanda

tuhan, maafkan, aku mabuk lagi
dalam pusingan anggur reformasi
menggelepar ditindih bayang-bayang diri
seember tuak kebebasan mengguyurku
membantingku ke ujung kakimu
luka-luka kepalaku, luka-luka dadaku
luka-luka persaudaraanku
luka-luka hati nuraniku
aku mabuk lagi, terkaing-kaing
di comberan negeriku sendiri. peluru tentara
menggasak-gasakku, pidato pejabat
merobek-robek telingaku, penggusuran
menohokku, korupsi memuntahiku
katebelece meludahiku, suksesi
mengentutiku, demonstrasi mengonaniku
likuidasi memencretkanku, kemiskinan
merobek-robek saku bajuku
tuhan, maafkan, aku mabuk lagi
menggelinding dari borok ke barah
dari dukun ke setan, dari maling ke preman
dari anjing ke pecundang, dari tumbal
ke korban, dari krisis ke kerusuhan!
aku mabuk lagi, mana maling mana polisi
mana pahlawan mana pengkhianat, mana
pejuang mana penjilat, mana mandor
mana pejabat, mana putih mana hitam
mana babi mana sapi, mana pelacur
mana bidadari, mana perawan mana janda
mana tuhan mana hantu? semua seragam
sulit kubedakan lagi
aku mabuk lagi!
berhari-hari, berbulan-bulan
tanpa matahari
tuhan, maafkan ....
Jakarta, Mei 1998


KEPADA TANAH AIR

Oleh :
Budiman S. Hartoyo

apa yang kukatakan padamu
ya, tumpahan segala kerja
apalah yang bisa kuberikan padamu
wahai, cucuran darah jelata
terik surya di atas khatulistiwa
demikian keras menghisap keringatku
bumi subur yang tak terduga
terlalu kaya buat disiram air mata
tanah air yang pendiam dan rendah hati
siangmu kudengar dalam keluh kerja resia
malammu memeras kediaman tangis dan dosa
adakah keluh duka ini akan terpupus oleh kata demi kata ?
Di sini berkecamuk nasib dan harap tertunda
di sini berabad terpampat derita rakyat membaja
aku tahu, antara perbuatan, kerja dan cinta
sudah sekian lama bangsaku memperhitungkannya
segala lagu angin dan lambaian pucuk-pucuk kelapa
deburan ombak dan kicau burung pagi dan senja
seolah mengabarkan sebuah kerinduan
tentang kemerdekaan yang sebenarnya hilang di angan
apalah yang lebih penting dari makna kehidupan
dalam tuntutan segenap bangsaku yang lapar merana
selain nafas kerinduan akan cinta
selain arti yang terwujud dalam kebenaran arti kerja
namun tangis anak-anak yang tak kunjung mengerti
adalah pernyataan yang sungguh tentang arti rizki
sementara itu bapa-bapa kita yang terhormat bicara juga
sedang apa pun yang terjadi
di mimbar atau di sini
tidak juga dipenuhi !


MAJULAH PAHLAWAN

Oleh :
Budiman S. Hartoyo

Majulah pahlawan dengan dada terbuka.
Majulah ! Berderapan musuh bersama maut menyerang.
Sementara bintang-bintang pun bersaksi di kelam angkasa
atas kejantananmu dan musuh-musuh yang berebahan.
Telah bergelimang darah di lembah
telah berebahan kawan-kawan di garis depan,
di bawah langit mengancam suara lantang kemerdekaan.
Semangat perkasa, - hari depan nusantara !
Segenap warga tanah ini pun menabikkan salam;
salam cinta bumi dan bangsa yang lahir dalam revolusi.
Sedang malam pun segera mengusap bendera merah putih
yang mengibaskan berita pahlawan benam darah.
Adalah cinta kami, itu warna kucuran darah.
Adalah hati kami, itu warna putih butiran air mata.
Dan cinta kami padamu menyejuk langit-langit kubur
yang memutih cerlang surya atas gemeriap tugu kemerdekaan.
Majulah pahlawan dengan dada terbuka, kala senja di kota !
Majulah demi kemerdekaan yang lahir atas nama cinta !
Kenangan padamu menggeleparkan doa di ambang arasj Tuhan
Dan majulah kemudian
berbondong ke lembah sorga
sedang laras bedil masih di tangan
dan darah mengucuri di jalan - jalan
Maka bernyanyilah segenap malaikat dan bidadari
Maka semaraklah wewangian sorga, tetes darah pahlawan,
karna adalah saksi bagimu, - pejuang-pejuang kemanusiaan;
sementara masih terkenang jua tentang kehidupan
dan napas dunia dan manusia dalam kelaparan !

selengkapnya >>>

Jumat, 21 Desember 2007

AKU INGIN
Sapardi Djoko Darmono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

selengkapnya >>>

Jumat, 30 November 2007

Apa yang Kita Sombongkan?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?”

Sang Guru menjawab, “Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.


Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala “tampak luar” lainnya. Yang kini kita lihat adalah “tampak dalam”. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.

Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?
sumber:www.motivasi.web.id

selengkapnya >>>

Bismillahhirrahmannirrahim

Jangan lupa dan selalu praktekkan :

1.Bismillahhirrahmannirrahim:pada tiap-tap hendak melakukan sesuatu.
2.Alhamdulliah:pada tiap-tiap habis melakukan sesuatu.
3.Astagfirrullah:jika tersilap mengatakan sesuatu yang buruk.
4.Isyaallah:jika ingin melakukan sesuatu pada masa akan datang.
5.Lahaulawalaquataillahbillah:bila tidak dapat melakukan sesuatu yang agak berat atau melihat sesuatu yang buruk.
6.Innalillah:jika menghadapi musibah atau melihat kematian.
7.Laailaahaillallah:bacalah sepanjang siang dan malam sebanyak-banyaknya.

sumber: www.motivasi.web.id

selengkapnya >>>

Sabtu, 24 November 2007

Pendengar yang Baik

Menjadi pendengar yang baik
________________________________________
Seni mendengarkan tak kalah pentingnya dengan seni berbicara. Nah, untuk menjadi pendengar yang baik, tidak salah dicoba kiat berikut ini :


*persiapan diri
Bisa dilakukan dengan membaca bahan-bahan atau pokok pikiran yang bisa menjadi penunjang

*Gambaran secara menyeluruh
Tangkaplah kata-kata kunci dan konsep yang menggambarakan “hutan”-nya bukan “pohon”-nya. Jangan dilupakan detailnya yang akan memperjelas gambaran.

*Jadilah pendengar yang aktif
Pusatkan perhatian pada apa yang diucapkan si pembicara, intisarikan apa yang menjadi pesan dari topic pembicaraannya kemudian ajukan pertanyaan atau tanggapan yang perlu untuk memastikan apakah anda sudah jelas memahaminya.

*konsentrasi
Jangan biarkan anda melayang ke mana-mana. Konsentrasikan, hanya pada pembicaraan yang sedang berlangsung.

*Tunjukkan kesungguhan
Tunjukkan sikap kesediaan mendengar dengan menatap pembicara, mengangguk, dan memberi tanggapan.

*Mengatasi gangguan
Atasi gangguan (missal orang keluar masuk ruangan) dengan memusatkan perhatian pada pembicaraannya. Jangan terjebak dengan memusatkan perhatian pada gaya, penampilan, atau pakaian si pembicara!

*Buat catatan
Catatlah kata-kata kunci, ungkapan, dan ide yang belum jelas untuk ditanyakan nanti. Tapi jangan tulis semua kata-kata yang diucapkan si pembicara!

*Melawan kebosanan
Lawan kebosanan dengan sesuatu yang berharga, yang dibangun dari pesan-pesan si pembicara meskipun kelihatannya bodoh. Bisa juga dengan memperhatikan kata atau ungkapan yang menarik untuk dijadikan bahan evaluasi.

*Rendah hati
Tempatkan diri anda pada kedudukan si pembicara, besikaplah terbuka, sabar, dan jangan terbawa emosi.

sumber : intisari


selengkapnya >>>

PENGUNJUNG YANG MAMPIR