Photobucket
Google
Hai Teman-Teman.. Ada Bisnis Menarik Nih. !! Kita Bisa Mendapatkan Rp.277 Juta Rupiah Dengan Modal 100% GRATIS Info Lengkapnya Kunjungi : http://www.komisiGRATIS.com/?id=mrjj

Kamis, 10 Januari 2008

Penulisan kata

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)


1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel -per yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
Akronim adalah sebuah singkatan yang menjadi sebuah kata tersendiri. Contoh-contoh beberapa akronim:
Asbun - asal bunyi
Sinetron - sinema elektronik
Banyak istilah-istilah politik di Indonesia merupakan akronim:
Kades - Kepala Desa
Pelita - Pembangunan Lima Tahun
Pemkot - Pemerintah Kota (Kotamadya)
Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an dan ber-i
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an dan pe-i
8. per-an dan per-i
9. se-nya
10. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -en-, -el-, dan -er-.
Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", dengan mana", dan sebagainya). Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA", apalagi "dimana", termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
Contoh-contoh:
(1) Dari artikel Kantin: ... kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan ... .
• Usul perbaikan: ... kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan ... .
(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
• Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa "apabila" menggantikan posisi "di mana" (ditulis di kalimat asli sebagai "dimana").
(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice ... .
• Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja ... .
Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.
Kata penghubung "sedangkan"
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga seringkali terjadi adalah yang melibatkan kata "sedangkan". "Sedangkan" adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti "dan", "atau", serta "sementara". Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. "Sedangkan" digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata "sementara itu".
Contoh: Dari harian Jawa Pos:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."
Usulan perbaikan 1:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."
Usulan perbaikan 2:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."
Daftar kata
Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman utamanya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai
1. acapkali
2. adakalanya
3. akhirulkalam
4. alhamdulillah
5. astagfirullah
6. bagaimana
7. barangkali
8. bilamana
9. bismillah
10. beasiswa
11. belasungkawa
12. bumiputra
13. daripada
14. darmabakti
15. darmasiswa
16. dukacita
17. halalbihalal
18. hulubalang
19. kacamata
20. kasatmata
21. kepada
22. keratabasa
23. kilometer
24. manakala
25. manasuka
26. mangkubumi
27. matahari
28. olahraga
29. padahal
30. paramasastra
31. peribahasa
32. puspawarna
33. radioaktif
34. sastramarga
35. saputangan
36. saripati
37. sebagaimana
38. sediakala
39. segitiga
40. sekalipun
41. silaturahmi
42. sukacita
43. sukarela
44. sukaria
45. syahbandar
46. titimangsa
47. wasalam
Kata yang sering salah dieja
Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
1. aktif, aktip
2. aktivitas, aktifitas
3. al Quran, alquran
4. analisis, analisa
5. Anda, anda
6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
7. asas, azas
8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
9. bus, bis
10. besok, esok
11. diagnosis, diagnosa
12. ekstrem, ekstrim
13. embus, hembus
14. Februari, Pebruari
15. frekuensi, frekwensi
16. foto, Photo
17. gladi, geladi
18. hierarki, hirarki
19. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
20. ibu kota, ibukota
21. ijazah, ijasah
22. imbau, himbau
23. indera, indra
24. indragiri, inderagiri
25. istri, isteri
26. izin, ijin
27. jadwal, jadual
28. jenderal, jendral
29. Jumat, Jum'at
30. kanker, kangker
31. karier, karir
32. Katolik, Katholik
33. kendaraan, kenderaan
34. komoditi, komoditas
35. komplet, komplit
36. konkret, konkrit, kongkrit
37. kosa kata, kosakata
38. kualitas, kwalitas, kwalitet
39. kuantitas, kwantitas
40. kuitansi, kwitansi
41. kuno, kuna
42. lokakarya, loka karya
43. maaf, ma'af
44. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)
45. mazhab, mahzab
46. metode, metoda
47. mungkir, pungkir (Ingat!)
48. nakhoda, nahkoda, nakoda
49. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)
50. nasihat, nasehat
51. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)
52. November, Nopember
53. objek, obyek
54. objektif, obyektif/p
55. olahraga, olah raga
56. orang tua, orangtua
57. paham, faham
58. persen, prosen
59. pelepasan, penglepasan
60. penglihatan, pelihatan; pengecualian
61. permukiman, pemukiman
62. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK
63. pikir, fikir
64. Prancis, Perancis
65. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)
66. provinsi, propinsi
67. putra, putera
68. putri, puteri
69. realitas, realita
70. risiko, resiko
71. saksama, seksama (Ingat!)
72. samudra, samudera
73. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah)
74. saraf, syaraf
75. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)
76. sekretaris, sekertaris
77. sekuriti, sekuritas
78. segitiga, segi tiga
79. selebritas, selebriti
80. sepak bola, sepakbola
81. silakan, silahkan (Ingat!)
82. sintesis, sintesa
83. sistem, sistim
84. sorga, surga, syurga
85. subjek, subyek
86. subjektif, subyektif/p
87. Sumatra, Sumatera
88. standar, standard
89. standardisasi, standarisasi
90. tanda tangan, tandatangan
91. tahta, takhta
92. teknik, tehnik
93. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon
94. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)
95. terampil, trampil
96. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) -- sepertinya kedua-duanya berlaku
97. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)
98. wali kota, walikota
99. Yogyakarta, Jogjakarta
100. zaman, jaman

selengkapnya >>>

Selasa, 08 Januari 2008

Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang , nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.


Misalnya:
M.B.A. master of business administration

M.Sc.
S.E.

master of science
sarjana ekonomi

S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.
Sdr.
Kol.

bapak
saudara
kolonel

b. Singkatan nama resmi pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
GBHN Gari-Garis Besar Haluan Negara
KTP kartu tanda pengenal
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
sda. sama dengan atas
Tetapi:

a.n.
d.a.
u.b.
u.p.

atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian

d. Lambang kimia singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:

Cu
cm
Rp 5.000,00

kuprun
sentimeter
lima ribu rupiah

2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
BappenasBadan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah staf pinpinan Administrasi
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:

Pemilu
radar
rapim
rudal
tilang
Catatan:

pemilihan umum
radio detecting ang ranging
rapat pimpinan
peluru kendali
bukti pelanggaran

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah kata yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan
yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J. Angka Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab
Angka Romawi

: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D

(500), M (1000), V (5000), M (1000000)
Pemakainnya diatur lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.
Misalnya:

0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
Rp 5.000,00
US$3.50*

1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
50 dolar Amerika
10 paun Inggris

$5.10* 100 yen

Y 100 10 persen
2.000 rupiah 27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang 1 No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:

dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
satu persen
satu permil
satu dua persepuluh

12
22
222

½
¾
1/16
1/100
1%
1%0
1,2

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; di daerah
tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:

tahun '59-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an

atau tahun lima puluh sembilanan
atau uang lima ribuan
atau lima uang seribuan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak,
100 bemo.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.

Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.


11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan huruf dan angka, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah

selengkapnya >>>

Penulisan kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.


B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.


2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda




hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.


3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awlan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata tersebut itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
menggarisbawahi, manyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancuranleburan.


4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, biokimia, caturtunggal, dwiwarna, ekawarna,
introspeksi, subseksi, swadaya, tritunggal, ultramodern.
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur tersebut dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah .
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.



C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, ramah-tamah,
tukar-menukar.







D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
model lincar, rumah sakit umum.


2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, ibu-bapak kami.


3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, barangkali, daripada, kacamata, manasuka, olahraga, peribahasa,
saptamarga, sukacita, wasalam.



E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, ku, mu dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.



F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?






Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.


G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim



H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apatah gunanya bersedihhati?


2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yangdimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tidak ada kendaraan.



Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya, adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.





Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.


3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapatkan kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.


selengkapnya >>>

Huruf Kapital dan Huruf Miring

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf Kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai


2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Bapak menasihatkan, Berhati-hati, Nak!
Kemarin engkau terlambat, katanya.
Besok pagi, kata Ibu, dia akan berangkat.


3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Maha Pengasih.
Alkitab, Qur'an, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.


4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
Misalnya:





Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini dia pergi naik haji.


5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana
Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jendral Departemen Pertanian, Gubernur
Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.


6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Pernakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere


7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.




Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan


8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa bersejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Prolamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf depan pertama peristiwa bersejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.


9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem,
Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk
Benggala, Terusan Suez.
Huruf Kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon


10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahdan ketatanegaraan ,serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:




Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemn Pendidikan dan
Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Rresiden Republik
Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat,
menurut undang-undang yang berlaku.


11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.


12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak di posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata.


13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:

Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor

M.A. master of arts
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara


















14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.
Adik bertanya, Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan duduk, Dik! kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacauan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.


15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami terima.


B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusasteraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat
kabar Suara Karya.


2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abjad ialah a






Dia bukan menipu, tetapi ditipu
Bab ini tidak membicarakanpenulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.


3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu
garis di bawahnya


selengkapnya >>>

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA

I. PENGENALAN INTIFRASE UNTUK MENGETAHUI INTI MAKNA
Frase: Satuan gramatikal (himpunan kata) yang merupakan kesatuan linguistik dan
tidak melebihi fungsi S, P, O, dan K.

Untuk mengetahui intifrase tidaklah sulit, demikian pula untuk mengetahui inti makna,
keduanya saling berkait dan saling bersesuaian. Dimana titik (inti) makna berada
disitulah intifrasenya.
Jadi untuk mengetahui inti frase harus dipahami dulu makna frase tersebut :


Contoh:
1. selalu banyak alasan
2. rumah yang indah
3. tidak jadi pergi
4. orang yang tinggi besar
5. cantik sekali


II. PERBANDINGAN POLA PEMBENTUKAN FRASE
Pola frase yang sering dibahas dan ditanyakan dalam tes-tes, berdasarkan kelas atau
jenisnya :
- Frase Nominal : - gedung sekolah
- surat kabar harian
- pertunjukan drama


- Frase Verbal



- Frase Adjektival


- Frase Adverbial


: - sedang makan
- sudah pergi
- terlalu belajar
: - sangat cantik
- agak malas
- terlalu berat
: - kemarin siang
- tadi malam
- bulan depan

- Frase Preposisional : - di Jakarta
- dari Surabaya
- untuk adiknya


III. PERBANDINGAN POLA KALIMAT

1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S, P) atau satu klausa saja.

Contoh:





• Ayah seorang guru SMP.
• Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat.
• Ibu sakit.
Ketiga contoh di atas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada
contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas namun tidak sampai membentuk pola
kalimat baru.
2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan keduanya saling
bergantung atau sama derajatnya.
Contoh:
• Ayah membaca buku, Ibu memasak di dapur.
• Tuti tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik.
• Rudi tidak saja melihat, bahkan ia yang pertama kali menolong korban itu.
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan salah satu
unsurnya menjadi bagian dari unsur yang lain.
Contoh:
• (Karena) ibu sakit, ayah memasak.
• Toni datang (ketika) saya sedang mandi.
• (Walaupun) orangya melarang, ia tetap berangkat.
Keterangan :
1. Klausa yang dilekati konjungsi dinamakan anak kalimat, sedang yang tidak dilekati
dinamakan induk kalimat.
2. Perbandingan pola kalimat berdasarkan jenis kata atau fungsi dapat anda ingat pola
dasar kalimat bahasa Indonesia.


IV. PENENTUAN POLA KALIMAT INTI DALAM KALIMAT LAIN

Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkaian unsur inti (S, P). Perluasan dari kalimat
tunggal biasanya tidak melampaui batas (S, P) atau tidak membentuk pola kalimat
baru.

Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut :
Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku.
Kalimat intinya: Orang itu pamanku.
Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
Kalimat intinya: Ia berlari.

Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa gatra/jabatan kalimat terbagi sebagai
berikut:
- Gatra inti: Subjek dan Predikat
- Gatra tambahan: Objek (tambahan erat), Keterangan (tambahan longgar).
Dengan demikian penentuan kalimat inti segera dapat diketahui dengan mengambil
Subjek dan Predikat intinya.




Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut :
• bersusun S/P
• terdiri atas dua kata (S bisa ditambah ini, itu)
• kalimat berita
• positif
Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat inti dari kalimat perluasan
adalah rangkaian dari subjek inti (yang dipokokkan) dengan predikat inti (yang
menerangkan pokok).


V. PENENTUAN KEEFEKTIFAN KALIMAT

Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.

Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.

Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?


VI. PERLUASAN KALIMAT DAN TRANSFORMASI KALIMAT

1. Perluasan Kalimat
Perluasan kalimat, diawali dari kalimat yang mengandung dua unsur pusat, kemudian
ditambah satu unsur tambahan atau lebih.
Ayah mengetahui hal itu
S P O

Kalimat ini adalah perluasan dari Ayah mengetahui
S P
Karena predikatnya tergolong transitif, maka kehadiran objek menjadi wajib.
Apabila kalimat tersebut diperluas, bisa menjadi kalimat majemuk bertingkat seperti :
Ayah mengetahui bahwa aku menikah
S P O
S/P

2. Transformasi Kalimat
Kalimat Transformasi : kalimat yang telah berubah struktur gramatikalnya dari kalimat
inti menjadi struktur gramatikal baru.




Transformasi kalimat bisa ditempuh dengan cara :
a. Perluasan : Kami pergi. (inti)
Kami belum akan pergi ke sana. (transformasi) → kalimat luas.
b. Pengurangan : Kota ini indah. (inti)
Kota ini. (transformasi) → kalimat Elips.
c. Permutasi : Siti belajar. (inti)
Belajar Siti. (transformasi) → kalimat Inversi.
d. Pengubahan : Ibu sakit. (inti)
Ibu Sakit ? (transformasi) → kalimat Tanya
Budi turun ! (transformasi) →kalimat Perintah


VII. KATA PENGHUBUNG KALIMAT


• tetapi, meskipun, walaupun, namun
• atau
• bahkan, sekalipun
• dan
• sehingga


VIII. FUNGSI KATA DALAM KALIMAT

• sejak, lalu, kemudian, seketika itu


: mempertentangkan
: memilih
: menguatkan
: menambah, menyetarakan
: menyimpulkan




: waktu

• dimana, di sana, di dalam
• untuk, agar, supaya
• karena, sebab


: tempat
: fungsi
: sebab-akibat


selengkapnya >>>

KARANGAN

I. TEMA KARANGAN

Tema adalah pokok pembicaraan, atau jiwa dari karangan yang tersaji yang bermuara
pada tema tersebut

Cara mencari tema karangan:
1. Tentukan kata dan kalimat kunci pada tiap paragraf.
2. Tentukan tujuan penulisan.
3. Hubungkan kalimat kunci dengan kalimat lain.
4. Apa yang mendominasi dari tiap kalimat kunci tersebut, itulah tema karangan.


II. PEMILIHAN JUDUL YANG TEPAT

1. Dapat menggambarkan isi karangan.
2. Menamai karangan.
3. Menarik perhatian pembaca.


III. PENGENALAN BENTUK KARANGAN

1. Narasi
• Biasanya disampaikan secara kronologis dan mengandung plot atau rangkaian
peristiwa.
• Ada tokoh yang diceritakan.
• Bersifat informatif dan tidak menekankan ide secara eksplisit.
2. Deskripsi
• Bersifat informatif namun berusaha memberikan kesan khusus dengan cara
menonjolkan kata-kata kunci yang menyentuh (berkonotasi kuat).
• Pembaca diajak menikmati apa yang dinikmati oleh penulis.
3. Eksposisi
• Menjelaskan suatu permasalahan dengan alasan yang logis dan tidak ada kesan
subyektif.
• Bentuk karangan yang menjelaskan sesuatu dengan data, angka, maupun kritik
dengan detail.
• Penutup karangan berupa penegasan.
4. Argumentasi
• Bentuk karangan yang berusaha mengungkapkan permasalahan dalam kerangka
menjelaskan dan meyakinkan pembaca.
• Penutup karangan berupa kesimpulan.
5. Persuasi
• Bentuk karangan yang bersifat menawarkan sesuatu, atau mengajak pembaca untuk
melakukan sesuatu.


selengkapnya >>>

PENGUNJUNG YANG MAMPIR