Photobucket
Google
Hai Teman-Teman.. Ada Bisnis Menarik Nih. !! Kita Bisa Mendapatkan Rp.277 Juta Rupiah Dengan Modal 100% GRATIS Info Lengkapnya Kunjungi : http://www.komisiGRATIS.com/?id=mrjj

Selasa, 08 Januari 2008

Penulisan kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.


B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.


2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda




hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.


3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awlan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata tersebut itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
menggarisbawahi, manyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancuranleburan.


4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, biokimia, caturtunggal, dwiwarna, ekawarna,
introspeksi, subseksi, swadaya, tritunggal, ultramodern.
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur tersebut dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah .
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.



C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, ramah-tamah,
tukar-menukar.







D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
model lincar, rumah sakit umum.


2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, ibu-bapak kami.


3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, barangkali, daripada, kacamata, manasuka, olahraga, peribahasa,
saptamarga, sukacita, wasalam.



E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, ku, mu dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.



F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?






Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.


G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim



H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apatah gunanya bersedihhati?


2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yangdimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tidak ada kendaraan.



Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya, adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.





Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.


3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapatkan kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.


0 komentar:

PENGUNJUNG YANG MAMPIR